KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Sejumlah pengusaha sudah mulai gusar melihat kurs rupiah yang terus-terusan ambrol belakangan ini. Level rupiah saat ini juga sulit ditoleransi dari sisi bisnis. Mengutip Bloomberg, rupiah melemah 0,31% ke level Rp 15.920 per dolar AS pada Kamis (26/10). Mata uang Garuda kian terancam jatuh ke level Rp 16.000 per dolar AS.
Ketua Umum BPP Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Subandi menyatakan, pelemahan rupiah cukup menghantam pebisnis importasi. Selain harga barang di luar negeri imbas transaksi dengan dollar AS, biaya logistik di dalam negeri juga mengalami pembengkakan. Sebab, beberapa transaksi di pelabuhan peti kemas masih pakai dollar AS.
“Penguatan dollar AS juga diikuti oleh mata uang asing lainnya seperti yuan dan yen, sehingga semua komoditas impor terdampak, termasuk pangan,” ungkap Subandi Kamis (26/10).
Untuk menghindari kerugian lebih besar, importir akan mengurangi volume impor dan produksi, menyesuaikan ukuran produk, menunda sementara kegiatan impor sampai rupiah kembali ke level yang wajar, hingga menaikkan harga jual ke konsumen akhir. Namun, kebijakan penyesuaian harga juga tidak mudah diterapkan karena daya beli masyarakat tengah lesu.
GINSI menilai kurs rupiah yang ideal bagi para importir ada di kisaran Rp 14.500-Rp 14.700 per dollar AS.
Sekretaris Jenderal Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Toto Dirgantoro mengatakan, di atas kertas pelemahan rupiah dapat menjadi berkah bagi para eksportir yang bahan baku produknya berasal dari dalam negeri, contohnya industri furnitur.
Namun faktanya, permintaan pasar global, terutama dari negara-negara maju menurun seiring ketidakpastian ekonomi. Di sisi lain, koreksi rupiah merugikan bagi perusahaan ekspor yang bahan bakunya impor, apalagi jika permintaan ekspor ikut melemah.
“Bukan berarti ketika rupiah melemah, ekspor langsung naik,” kata dia, Kamis (26/10).
Sumber dan berita selengkapnya:
https://industri.kontan.co.id/news/pelemahan-rupiah-bikin-pebisnis-ekspor-dan-impor-khawatir
Salam,
Divisi Informasi